BSd9TUM5TpA9GUzpGUOoTUM0Gd==
Light Dark
Sidang Pemilu 2024, Keterangan Saksi Tak Singkron, Terdakwa Elizabeth In Absentia

Sidang Pemilu 2024, Keterangan Saksi Tak Singkron, Terdakwa Elizabeth In Absentia

Sidang Pemilu 2024, Keterangan Saksi Tak Singkron, Terdakwa Elizabeth In Absentia
Daftar Isi
×

 


Saksi - 6 orang saksi disumpah sesuai agama Kristen. Pakai baju batik paling belakang Rumbin Sitio orang tua Agnes Yosi Yolanda yang C6-nya dipergunakan terdakwa Elizabeth [photo bakhtaruddin]

PenaRaja.com - Sidang perkara dugaan penyoblos 2 kali di TPS 11 Desa Tengganau, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis dengan terdakwa Elizabeth Boru Siburian [19], bergulir di Pengadilan Negeri Bengkalis, Selasa [19/3/2024] siang. Dalam sidang terdakwa Elizabeth Boru Siburian Binti Salmon Siburian, warga Jalan Parit Pulau, RT 001/RW 002, Desa Tengganau tidak hadir atau In Absentia, karena terdakwa diduga melarikan diri ke Sumatra Utara.


Sidang perkara Nomor 114/Pid.Sus/2024/PN.bls, itu dipimpin Ketua Hakim Majelis, Rentama P.E Situmorang, SH, MH, didampingi dua hakim anggota Tia Rusmaya, SH, Febriano Hermady, SH, dan panitera pengganti [PP] Rini Riawati, SH. 


Pada sidang yang digelar pada pukul 13.00 WIB itu, Jaksa Penuntut Umum [JPU] James Naibaho, SH, dan Wendy Efradot Sihombing, SH dari Kejaksaan Negeri Bengkalis, itu menghadirkan 10 orang saksi, mulai dari saksi partai, Panwaslu, Ketua dan anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara [KPPS] TPS 11 tempat terjadinya perkara, dan orang tua terdakwa. 


Diantaranya Bonar Tampubolon saksi partai perindo di TPS 11 yang menangkap terdakwa Elizabeth Boru Siburian usai mencoblos 2 kali, Panwascam Pinggir Nanda , Juliana Boru Purba saksi partai Golkar, Salmon Siburian, orang tua terdakwa Elizabeth Boru Siburian, Rumbin Sitio Caleg Partai Nasdem [orang tua Agnes Yosi Yohana Boru Sitio], ahli dari KPU Nugroho Noto Susanto dari KPU Riau dan ahli hukum pidana Dr. Erdianto, SH, M.Hum.


Bonar Tampubolon dalam kesaksiannya mengatakan, pagi sekitar pukul dirinya hadir pada Rabu 14 Februari 2024 di TPS 11 sebagai saksi dari Partai Perindo. Menurut saksi, pada Rabu 14 Februari 2024 sekitar pukul 08.00 WIB digelar pemungutan suara di TPS 11 oleh KPPS.


Sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa Elizabeth mendatangi TPS 11 dengan membawa surat pemberitahuan pemungutan suara kepada pemilih [model C pemberitahuan KPU atau disebut juga dengan C6].


Dalam dakwaan disebutkan terdakwa membawa C6 nomor 57 atas nama dirinya sendiri. C6 ini kemudian dicek oleh saksi Christina Elizabet Gultom selaku petugas KPPS TPS 11. 


Terdakwa kemudian menandatangani daftar hadir pemilih tetap dan menerima surat pemilihan presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Selanjutnya terdakwa masuk ke bilik suara untuk melakukan pencoblosan pada masing-masing surat suara. Dari bilik suara terdakwa kemudian menuju kotak suara untuk memasukkan surat suara ke dalam kotak suara. Setelah memasukkan surat suara terdakwa kemudian menyelupkan jarinya ke tinta pemilu sebagai penanda bahwa terdakwa sudah memberikan suaranya pada Pemilu 2024.


Suasana pemilu di TPS 11 saat itu berjalan normal dan kondusif, ungkap Bonar. Namun, pada pukul 11.00 WIB Elizabeth kembali mendatangi TPS 11 mengunakan pakaian yang berbeda dari yang dipakainya pada pukul 09.00 WIB sambil membawa C6 nomor 3 atas nama Agnes Yosi Yohana Boru Sitio selaku pemilik hak suara. 


Kepada saksi Christina Elizabet Gultom petugas KPPS TPS 11, terdakwa mengaku sebagai Agnes Yosi Yolanda Sitio. Selanjutnya terdakwa menandatangani daftar hadir pemilih tetap atas nama Agnes Yosi Yolanda Sitio dan menerima surat suara presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. 


Seperti pemilih lainnya. Terdakwa kemudian masuk ke bilik suara, dan mencoblos. Setelah itu, terdakwa memasukkan surat suara ke dalam kotak suara. Selanjutnya terdakwa menuju tempat tinta pemilu dengan tujuan menyelupkan jarinya ke tinta pemilu sebagai penanda bahwa terdakwa sudah memberikan suaranya pada Pemilu tahun 2024.


Namun, pada saat terdakwa akan menyelupkan jarinya ke tinta pemilu untuk kedua kalinya, terdakwa dihentikan oleh saksi Bonar Tampubolon. Bonar yang merupakan saksi dari partai Perindo mencurigai terdakwa sudah 2 kali memberikan suara di TPS 11. Pada saat bersamaan saksi Juliana Boru Purba saksi dari partai Golkar juga menghampiri terdakwa. Dan melihat salah satu jari terdakwa sudah ada bekas tinta Pemilu.


Saat diinterogasi terdakwa mengakui bahwa dirinya telah memberikan suara sebanyak 2 kali di TPS 11 Desa Tengganau atas namanya dan atas nama Agnes Yosi Yolanda Boru Sitio.


Atas perbuatan terdakwa, JPU dalam dakwaan pertama menjerat terdakwa Pasal 533 Undang-undangan RI Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Sedangkan pada dakwaan kedua perbuatan terdakwa diancam pidana melanggar Pasal 516 Undang-undangan Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. 


Sementara itu, ada keanehan dalam keterangan saksi Salmon Siburian orang tua terdakwa dengan Rumbin Sitio orang tua Agnes Yosi Yolanda yang juga caleg dari Nasdem. 


Menurut Siburian, keluarganya mendapat 3 surat model C pemberitahuan KPU [C6] yang diantar ke rumahnya oleh petugas KPPS. Masing-masing atas namanya, nama istrinya dan atas nama anaknya Elizabeth. Baik Salmon dan istrinya serta Elizabeth penyoblos di TPS 11. 


Sementara Rumbin Sitio dan keluarganya juga mendapat 3 surat model C6 yang diantar ke rumahnya oleh petugas KPPS. 3 lembar C6 masing-masing atas namanya, atas nama istrinya dan atas nama anaknya Agnes Yosi Yolanda. Baik Rumbin dan istrinya juga memilih di TPS 11. Sedangkan anaknya yang tengah berada di Bali tidak bisa memilih.


Namun, saat dicecar JPU siapa yang memberikan C 6 atas nama Agnes kepada Elizabeth? Salmon mengaku diberikan oleh orang tak dikenal. 


Sebaliknya, Rumbin Sitio yang merupakan Caleg Partai Nasdem Dapil 3 ; Kecamatan Pinggir mengatakan surat C 6 atas nama anaknya Agnes ditinggalkan di rumah karena anaknya berada di Bali.


Ketidak cocokan keterangan kedua saksi menjadi menarik dan perlu didalami. Namun, sidang Pemilu tersebut terkesan hanya formalitas. Pasalnya, JPU dan majelis hakim terbelenggu oleh waktu yang telah diatur peraturan Pemilu.


"Kalau perkara pidana biasa, sudah ku gas para saksi tu. Tapi, ini perkara pemilu dimana kami dibatasi waktu. Kami hanya punya waktu 5 hari setelah kami terima berkas dari penyidik harus sudah disidangkan. Kamis depan vonis," kata JPU James Naibaho didampingi Wendy disela-sela menunggu skorsing sidang kembali dibuka majelis hakim dengan agenda keterangan ahli. [Rudi]






0Komentar

Special Ads